Saturday, May 2, 2020

Kisah Sahabat Abu Darda

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut era para sahabat sebagai sebaik-baik umat manusia. Sahabat adalah mereka yang hidup sezaman dengan Nabi Muhammad shallallahu’ alaihi wasallam, berjumpa dengan beliau dalam keadaan muslim dan meninggal dalam keadaan memeluk Islam.



Rasulullah shallallahu’ alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in),” (HR. Muttafaq ‘alaih).

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Barangsiapa hendak mengambil teladan maka teladanilah orang-orang yang telah meninggal. Mereka itu adalah para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah orang-orang yang paling baik hatinya di kalangan umat ini. Ilmu mereka paling dalam serta paling tidak suka membeban-bebani diri. Mereka adalah suatu kaum yang telah dipilih oleh Allah guna menemani Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam dan untuk menyampaikan ajaran agama-Nya. Oleh karena itu tirulah akhlak mereka dan tempuhlah jalan-jalan mereka, karena sesungguhnya mereka berada di atas jalan yang lurus.” (Al Wajiz fi ‘Aqidati Salafish shalih, hal. 198).




Salah satu sahabat Rasulullah yang patut diteladani adalah Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu. Abu Darda’ memiliki kebiasaan luar biasa yang dilakukan karena kasih-sayang dan kecintaan kepada para sahabatnya.

Abu Darda’ selalu mendoakan saudara-saudara dan sahabat-sahabatnya ketika ia sedang bersujud. Ia tak mendoakan para sahabatnya secara umum, melainkan disebutkannya nama-nama para sahabatnya satu persatu. Bahkan disebutkannya juga nama bapak-bapak para sahabatnya itu.

Itulah bentuk kasih-sayang dan kecintaan seorang sahabat Rasulullah shallallahu’ alaihi wasallam kepada orang-orang yang disebutnya sebagai sahabat. Sebuah kebiasaan yang seyogianya ditiru untuk memantapkan ukhuwah Islamiyah di antara umat Islam.

Abu Darda’ bernama Uwaimir bin Amir bin Mâlik bin Zaid bin Qais bin Umayyah bin Amir bin Adi bin Ka`b bin Khazraj bin al-Harits bin Khazraj. Ada yang berpendapat, namanya adalah Amir bin Mâlik, sedangkan Uwaimir adalah julukannya. Ibunya bernama Mahabbah binti Wâqid bin Amir bin Ithnâbah.

Beliau termasuk Sahabat yang akhir masuk Islam. Akan tetapi, beliau termasuk Sahabat yang bagus keislamannya, seorang faqih, pandai dan bijaksana. Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wasallam mempersaudarakannya dengan Salman al-Fârisi radhiyallahu ‘anhu. (Fath)

No comments:

Post a Comment